Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Asap kembali menyerang kota Duri, Riau. Dan kini semakin parah mengakibatkan banyak masyarakat menghentikan aktifitasnya. Katanya, asap ini disebabkan oleh pembakaran hutan oleh para orang kaya(?) yang suka bakar-bakar lahan ._.  
Berikut ini gambar gambar


Apalagi saya sebagai pelajar merasa sangat dirugikan kareana insiden pengasapan ini. karna apa? karna asap tebal sistem pernapasan terganggu dan ketidaknyamanan sangat terasa saat belajar. Maunya sih diliburkan, itung-itung nambah liburan hehe
Banyak murid yang mengeluh karna asap ini, tapi kurang ditanggapi oleh pihak sekolah ya mungkin karena takut ketinggalan pelajaran. Hal itu wajar, tapi ya, kalau dipaksakan kan berdampak banget bagi yang terkena? benar? setuju?
Ini mungkin karya tulis sekalian curhatan saya tentang asap dan mungkin mewakili semua yang terkena insiden ini. Untuk bepergian dianjurkan untuk memakai penutup mulut atau masker.

Mungkin cuma itu yang dapat saya bahas tentang asab tebal yang menyelimuti kota Duri ini. Kami dikota Duri dan kota-kotalain yang terkena, mengharapkan partisipasi dari pemerintah daerah agar menindak lanjuti. Terimakasih

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

read comments

Author : Andini Desva Ayuni
·         Jo Kwangmin
·     Jung Eunseo
·         Hyosung

Genre : Romance, Comedy
Rating : General
Length : Chapter
Disclaimer : Annyeong Chingudeul.. ^^ I’m back. Di Fanfict ini berhubungan dengan Fanfict pertama saya yang berjudul “Said I Love You”. (Promosi). Karena saya sangat kece, baik hati, dan tidak sombong,,, (Hwueek –“) Kalian bisa baca tuh fanfict. Dan juga bisa request FF or Novel to Me. What the Custom?? >.< .    

Happy Reading ^^

_Eunso POV_
      Ahh.. Hari ini sungguh indah. Tidak mendung dan tidak panas. (Cuaca apaan tuh? -_-).Kaki ku semakin mantap untuk melangkah menuju sekolah. Tapi saat berjalan, dari belakang terdengar suara seseorang memanggilku. Dengan cepat ku berbalik dan…
      
“Aduhhh…” Ringisku dengan posisi terduduk dijalan.
     
  “Gwaenchanha? (Kau baik-baik saja)” Tanya seseorang yang berdiri didepanku. Aku menatap mukanya. Aissh.. Dia lagi.
      
“YA!! Jo Kwangmin. Kau menyebalkan.” Ucapku berteriak dan segera bangkit dari posisiku semula. Aku menatapnya tajam.
     
  “Kau kira dengan menatap ku seperti itu, aku akan takut hah?” Ucapnya angkuh. “Mati kau Kwangmin” Batinku. Aku ambil tas ku yang terjatuh dan melemparkan ke kepalanya.
      
“YA!! Appo. (sakit)” Ringisnya dengan nada kesal.
    
  “Kau merusak hari ku yang indah Jo Kwangmin-ssi”
     
  “Jinjja?(Benarkah?) Wahh.. Mianhae. (maafkan aku)” Kini nada bicaranya sungguh seperti meledekku. Aku berdecak kecil melihat tingkahnya.Karena muak, aku menjambak rambutnya dengan kasar.
      
“Appo.. appo. Eunso-ah? Geumanhae (hentikan)!!” Ringisnya dengan mencubit tanganku agar melepaskannya. Aku semakin menguatkan jambakanku pada rambutnya yang sepertinya benar-benar sanga rapi itu.
      
“Hahaha.. Kau mencari masalah denganku hah? Inilah akibatnya! Wuahaha..” Tawaku seperti seorang nenek lampir saat ini.
      
“Lihat-lihat!! Sepasang kekasih itu sedang bertengkar.” Ucap salah satu pengguna jalan dengan temannya sambil menunjuk kami.
      
“Ah..iya! Pasti itu karena cowoknya selingkuh trus ketahuan.” Ucap temannya yang satu lagi.
      
“Kau dengarkan? Mereka itu mengatakan bahwa kita berpacaran dan aku selingkuh.” Tawa bocah babo (Bodoh) itu walaupun masih aku jambak. Aku melepaskan genggaman tanganku dari rambutnya dan segera pergi dari sana. Tapi dia segera menggenggam tanganku.
      
“YA!! Apa…” Belum sempat aku melanjutkan kata-kata dia sudah menutup mulutku dengan tangannya. 
      
“Kau diam sajalah. Kau tidak mau kan kalau orang-orang menganggap kita seorang kekasih yang bertengkar karena aku selingkuh?” Ucapnya pelan. Aku mengangguk kuat
      
“Berarti kita harus menunjukkan kebenaran.” Ucapnya dengan yakin. 

“Aku ingin mereka menganggap kita sepasang kekasih yang romantis.” Senyumnya. Mataku membulat mendengar ucapannya. Kami berjalan menggunakan sepeda miliknya melewati 2 manusia yang membicarakan kami tadi.
      Setelah berjalan agak jauh dari tempat semula, aku menggigit telapak tangan yang menutupi mulutku.
      
“YA!! Mwohaneunggeoya? (Apa yang kau lakukan?)” Ucapnya kesal sambil memegang tangannya yang aku gigit.
Aku manatapnya tajam. 
“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu.”
     
“Aku hanya melindungimu.”
      
“Mwo? (Apa?) Melindungiku?” Kini tanganku memukul kepalanya dengan keras
      
“YA!! Pagi ini sudah berapa kali kau menyakitiku hah? Kau membuat ku menderita.”
      
“Terserah” Aku beranjak meninggalkannya.
      
“YA!! Mau kemana kau? Aku belum selesai.” Ucapnya berteriak.
      
“Ngomong saja dengan sepedamu” Jawabku ketus tanpa menoleh sedikitput padanya. Jika aku bertemu dengannya, pasti hari ini nasib ku akan sangat buruk. Sial.

_Kwangmin POV_
      “Apa-apaan yeoja (cewek) itu? Seharusnya dia bersyukur karena ada namja (cowok) tampan seperti ku yang mau berbaik hati berlagak seperti pacarnya. Lagian, mana ada orang yang mau punya pacar seperti mu hah? Dasar nenek lampir” Celoteh ku sambil mengeraskan suaraku. Dari depan dan agak jauh, yeoja gila itu berbalik dan menatapku tajam.
      
“Apa tadi yang kau katakan?” Tanyanya dengan berteriak agar aku mendengarnya.
      
“Ahh.. Amugeotdo aniya. (Bukan apa-apa)” Jawabku dengan senyum yang dipaksakan. Mendengar jawabanku yang dibuat-buat, dia kembali berjalan pergi. Baguslah dia tidak mendengar celotehan tadi. Jika dia mendengar, mungkin saja mobil yang sedang berjalan, dia lemparkan padaku. *Eunso Hulk :D*
      
Aku mengambil sepeda ku dan mengayuhnya dengan santai. Ku lihat jam yang berada di pergelangan tangan kiriku. “Masih ada waktu 15 menit lagi” Ucapku.

@Sekolah
      “Buka buku kalian halaman 23!” Ucap Lee Songsaengnim pada kami semua. “Oiya? Jung Eunso dan Jo Kwangmin mohon ke depan!” Sambungnya melihatku sekilas dan juga yeoja itu. Aku dan dia memang sekelas. Itulah yang membuat hariku sungguh buruk. Dengan ragu, aku maju ke depan.
      
“Ada apa bu?” Tanyaku membuka percakapan
      
“Begini, Apa kalian bisa membantuku?”
      
“Tapi, bantu apa bu?” Sekarang giliran Eunso yang bertanya.
      
“Kalian berdua kan adalah murid terbaik di sekolah ini, saya ingin kalian bisa mengajarkan murid yang kurang pandai. Eottae? (Bagaimana?)”Aku memandang Eunso melihat reaksinya. Ternyata dia juga melihatku. Ia menyunggingkan senyum kesombongan. Ahh.. Dasar anak itu!
      
“Baiklah bu. Saya bersedia” Jawabnya dengan sedikit menunduk
      
“Saya juga” Ucapku tak mau kalah.
      
“Saya sungguh berterimakasih pada kalian berdua.” Lee Songsaengnim memelukku erat dan memukul-mukul punggungku dengan kuat. Setelah itu, ia beranjak untuk memeluk Eunso.
      
“Aduh.. Perut saya sakit. Saya harus ke toilet! Permisi” Ucap Eunso dengan memegang perutnya dan beranjak pergi keluar. “Oiya, Kali ini Kwangmin akan menjadi pengganti saya untuk ibu peluk” Ucapnya tersenyum puas dan melanjutkan langkahnya.
      
“Mwo?” Tanyaku kaget tak percaya. Saat ingin menghindar, terlambat. Wanita tua berkacamata itu sudah memelukku bahkan lebih erat dari pada yang sebelumnya. Dari balik jendela kelas aku melihat yeoja babo itu tertawa dan menjulurkan lidahnya padaku.
      
“Awas kau Jung Eunso! Neo jugeosseo (Kau akan mati)” Ucapku tanpa bersuara.
*****
      Untung saja bel pulang berbunyi dan menyelamatkan ku dari monster tua itu. Ahh.. Hari ini kenapa sangat buruk? Ini pasti karena si yeoja babo itu. “Jung Eunso… Tunggu pembalasanku!” Ucapku kesal. Aku mengarahkan pandanganku kesana kemari untuk mencari sosok nenek lampir itu. Tapi tidak ada. Kemana dia?
      
“Kwangmin-ah?” Panggil sebuah suara dari samping. Aissh.. Sepertinya aku mengenal suara itu. Aku berbalik dan benar. Itu si yeoja centil. Mau apa sih dia?
      
“Kwangmin-ah? Kau baru pulang? Kita pulang bersama ya?” Ucapnya merangkul tanganku.
      
“Hyosung-ssi? Geumanhae!” Ucapku setengah berbisik. 

“Aku malu jika orang lain melihatnya” Sambungku mencoba sekuat mungkin melepaskan tangannya
      Dengan raut muka yang cemberut, dia melepaskannya. “Aku pulang denganmu ya”
      
“Andwae (tidak bisa).. Aku hanya menggunakan sepeda.”
      
“Gwaenchanha (Tidak apa-apa). Itu lebih bagus.” Ucapnya dengan tersenyum
      
“Tapi aku sudah janjian dengan orang lain untuk pulang bersama” Elakku
      
“Nuguya? (Siapa?)” Tanyanya sinis. MAMPUS!! Siapa yang akan aku ajak kopromi hari ini? Aduhh.. Aku panik! Eitss.. Aku melihat Eunso yang berada di samping parkiran. Sepertinya dia sedang menunggu taksi.
      
“Dia.” Aku menunjuk kea rah Eunso. Tapi Hyosung menatapku seolah tak percaya. Kali ini aku berlari ke tempat Eunso berada. Dan menarik tangannya.
      
“YA!! YA!! Ada apa Kwangmin-ah?” Ucapnya kesal dan meronta-ronta saat aku tarik
      
“Tolong bantu aku! Kali ini saja” Bisikku ke telinganya. Dia melihatku dengan tatapan bingung. 
“Bilang kalau kau adalah orang yang akan pulang denganku siang ini. Jebal (Kumohon)..” Aku tidak menunggu jawaban darinya dan membawanya ke depan Hyosung.
      
“Kau??” Tanya Eunso sambil menunjuk Hyosung
      
“YA!! Dasar tidak sopan. Aku ini lebih tua darimu. Oiya? Apa kau akan pulang dengan Kwangmin?” Tanya Hyosung dengan nada tinggi
      
“Ne. Wae? (Ya. Kenapa?) Kau tidak suka?” Nada bicara Eunso terdengar seperti menantangnya. “Dulu mengejar oppa  ku (kakak). Setelah itu Youngmin.Karena tidak bisa mendapatkan dua orang itu, kini kau mengejar Kwangmin?” Sambungnya sinis
      
“Mwo? YA!! Jaga ucapanmu!”
      
“Aishh.. Kwangmin-ah? Kajja! (Ayo!)” Eunso menarik tanganku. Entah kenapa ada perasaan senang,bingung,serta gugup. Ahh.. Perasaan apa itu?

_Author POV_
      Kwangmin dan Eunso pergi meninggalkan Hyosung. Sebenarnya, Eunso tidak mau untuk diajak pulang dengan Kwangmin. Tapi, karena orang yang mengganggu itu adalah Hyosung, dia langsung menerima ajakan yang tiba-tiba itu. Eunso membenci Hyosung karena dia adalah yeoja yang sangat suka kecentilan dengan oppanya dan Youngmin. Dan juga, Hyosung merupakan orang yang membuat sahabatnya   kecelakaan.
      
“Kenapa kau mau pulang denganku?” Tanya Kwangmin yang sedang mengayuh sepedanya dengan santai pada yeoja yang duduk dibangku belakang.
      
“Molla. Mungkin karena yeoja napun (Jahat) itu” Jawab Eunso ketus
      
“Kau masih tidak bisa memaafkannya?”
      
“Ya”
      
“Tapi Hyun Hee kan sudah sembuh. Dan, dia sudah mengingat semuanya.” Ucap Kwangmin. “Apa dia masih sering mengganggu hubungan oppa mu dengan Yoona-ssi?” Sambungnya
      
“YA!! Kenapa kau jadi kepo gini sih? Kau itu seperti wartawan saja” Ucap Eunso kesal. Kwangmin hanya berdecak mendengar kata-kata dari Eunso. Mereka melanjutkan perjalanan kea rah pulang. Jarak rumah mereka memang dekat. Dan mereka adalah teman dari kecil Tapi entah kenapa, keajaiban kalau mereka itu akur belum pernah terjadi. *Sungguh tragis T.T*
      
Setelah sampai di depan rumah, Eunso langsung ngeluyur ninggalin Kwangmin.
      
“YA!! Eunso-ah?” Panggil Kwangmin yang membuat langkah Eunso berhenti dan berbalik.
      
“Wae geurae (Ada Apa?)?” Tanyanya dengan muka tanpa dosa.
      
“Kau tidak mengucapkan kata terimakasih padaku?”
      
“Mwo? Terimakasih? Untuk apa?” Tanyanya dengan muka yang sama
      
“Untuk apa? YA!!Aku sudah mengantarmu pulang.” Bentak Kwangmin
      
“Kwangmin-ssi? Bukankah kau yang mengajakku? Aku kan tidak memintamu.”
      
“Mworae? (Apa katamu?) Aishh.. Ampuni aku tuhan! Aku bisa mati disini karena kesal”
     
“Jangan mati disini! Itu merepotkan” Ucap Eunso acuh dan kembali melangkahkan kakinya kerumah. Dan menutup pintu. MENUTUP PINTU? Bagaimana dengan Kwangmin? Sungguh menyedihkan.
      “
Kenapa ada yeoja seperti dia? Aigoo (Astaga).. Bahkan dia lebih parah daripada nenek lampir. Nenek lampir saja tidak mau meninggalkan temannya” *Sejak kapan nenek lampir punya teman? -_”*      Walaupun dengan amarah yang meluap-luap, Kwangmin kembali mengayuh sepedanya. Kali ini lebih cepat daripada saat ia menggonceng Eunso. Entah kenapa. Apa karena kesal? Apa karena ada ‘SOMETHING’? Hanya tuhan yang tau! J

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

read comments